Ayahave'swife
Bagaimanakah seharusnya kita mendidik dan mengajar? 1
Mengajar bukanlah pekerjaan mudah. Seorang guru harus membekali dirinya dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin agar pembelajaran bisa berjalan optimal. By: Ayah Ave/Anang Nurkholis
Bagaimanakah seharusnya kita mendidik dan mengajar? 2
Mengajar bukanlah pekerjaan mudah. Seorang guru harus membekali dirinya dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin agar pembelajaran bisa berjalan optimal. By: Ayah Ave/Anang Nurkholis
Bagaimanakah seharusnya kita mendidik dan mengajar? 3
Mengajar bukanlah pekerjaan mudah. Seorang guru harus membekali dirinya dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin agar pembelajaran bisa berjalan optimal. By: Ayah Ave/Anang Nurkholis
Bagaimanakah seharusnya kita mendidik dan mengajar? 4
Mengajar bukanlah pekerjaan mudah. Seorang guru harus membekali dirinya dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin agar pembelajaran bisa berjalan optimal. By: Ayah Ave/Anang Nurkholis
Bagaimanakah seharusnya kita mendidik dan mengajar? 5
Mengajar bukanlah pekerjaan mudah. Seorang guru harus membekali dirinya dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin agar pembelajaran bisa berjalan optimal. By: Ayah Ave/Anang Nurkholis
Tuesday, December 20, 2011
Tanamkan Rasa Bertanggungjawab
Ayahave'swife
Friday, December 16, 2011
Contoh RPP
Nama Guru | : | Muh. Anang Nurkholis, S.S |
Sekolah | : | Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah |
Tema/Bidang Studi/Tematik Studi | : | Bahasa Indonesia |
Kelas/Semester | : | I / II |
Pekan/Tanggal | V (1 – 5 Februari 2010) |
Judul | : | Makan di Restoran |
Materi | : | Suka dan tidak suka |
Kompetensi Dasar | : | 6.3 Menyampaikan rasa suka atau tidak suka tentang suatu hal atau kegiatan dengan alasan sederhana |
Hasil Belajar | : | Siswa mampu menyampaikan rasa suka maupun tidak suka tentang suatu hal atau kegiatan dengan alasan sederhana |
Indikator Hasil Belajar | : | 1. Siswa mampu mengungkapkan perasaan suka dan tidak suka tentang suatu hal dalam sebuah kalimat. 2. Siswa mampu memberikan alasan mengapa suatu hal atau kegiatan disukai atau tidak disukai. 3. Siswa mampu membuat daftar hal-hal yang disukai dan tidak disukai. 4. Siswa mampu membedakan keadaan yang membuat suka dan tidak suka. |
Alokasi Waktu | : | 2 x pertemuan @ 3 JP |
Integrasi Akhlak mulia | : | 1.Engkau tidak akan mendapatkan kebaikan sehingga engkau menginfakkan sesuatu dari apa yang kamu sukai. (QS. Ali-Imron: ) 2.Mencintai/menyukai sesuatu harus juga bersedia memelihara dan menjaganya. |
No | Aktivitas | Ranah Penilaian | Dinilai/Tidak |
1 | Siswa membuat kalimat yang menyatakan rasa suka dan tidak suka beserta alasannya secara lisan | Psikomotorik | Dinilai |
2 | Siswa membuat kalimat yang menyatakan rasa suka dan tidak suka beserta alasannya secara tertulis | Kognitif | Dinilai |
3 | Siswa mendata hal-hal yang disukai dan tidak disukainya | Kognitif | Dinilai |
4 | Siswa menggambar hal-hal yang disukai atau yang tidak disukai beserta ceritanya | Psikomotorik | Dinilai |
Nilai | Sangat baik=90 | Baik= 80 | Cukup=75 | Kurang=70 |
Kriteria | Berani dan menyatakan rasa suka dan tidak suka tanpa bantuan | Berani dan menyatakan rasa suka dan tidak suka dengan terbata-bata tanpa bantuan guru | Berani dan menyatakan rasa suka dan tidak suka dengan bantuan guru | Tidak berani menyatakan rasa suka dan tidak suka |
Nilai | 100 | 90 | 80 | 70 |
Kriteria | Menulis 10 kalimat | Menulis 9 kalimat | Menulis 8 kalimat | Menulis 7 kalimat |
Nilai | Sempurna | Amat baik | Baik | Cukup |
Kriteria | mendata lengkap 10 nomor | Mendata 90% | Mendata 80% | Mendata 70% |
Nilai | Sempurna=100 | Amat baik=90 | Baik=80 | Cukup=70 |
Kriteria | Menggambar dan menulis ceritanya hingga 7 baris lebih | Menggambar dan menulis ceritanya hingga 6 baris | Menggambar dan menulis ceritanya hingga 4-5 baris | Menggambar dan menulis ceritanya kurang dari 4 baris |
Konsultan, Herdin Nurdin, S.Ag | Penyusun, Muh. Anang Nurkholis, S.S |
Monday, December 12, 2011
Sampaikanlah Harapan Itu...
Hari-hari kita habiskan untuk mewujudkan sejumlah keinginan itu. Dua puluh empat jam waktu kita seperti seolah tak cukup untuk mengejar semua mimpi itu. Lelah yang mendera tak kita hiraukan. Meski yang dikejar belum jelas terlihat ujungnya.
Memiliki banyak keinginan dan harapan tentu memiliki sisi baik. Sebab harapan dan asa itulah yang mendorong kita untuk selalu berusaha. Cita-citalah yang memaksa kita untuk bekerja keras tak kenal henti, meski tidak selalu mudah. Rasanya duapuluh empat jam berlalu terlalu singkat terasa. Tapi tahukah kita, bahwa sebenranya Allah SWT menyediakan sepotong waktu yang sangat berharga untuk mewujudkan segala harap. Dan itulah sepertiga malam yang lebih sering kita lewatkan.
Kita hidup banyak menanggung kebutuhan. Kita butuh makan, minum, tempat tinggal, pekerjaan, rasa aman dan lain-lain. Namun kita sering lupa, bahwa sebenarnya semua bertumpu pada Allah SWT. Sebab dialah Yang Memberi. Dialah Yang Mencukupi.
Jika kita berharap Allah menambah karunia dan nikmatNya kepada kita, temui Allah di akhir malam. Sebab itu adalah bagian dari ekspresi rasa syukur kita kepadaNya. Bangun di tengah malam adalah waktu yang tepat untuk bersyukur, ketika kebanyakan manusia justru terlelap. Dan tidak ada syukur kecuali akan menjadi sarana menjaga karunia dan membuatnya bertambah.
Mengatasi Anak Cengeng
Beberapa Faktor Penyebab Anak Cengeng
1. Merasa Tidak Aman
Perasaan aman, termasuk salah satu kebutuhan manusia yang utama. Orang yang merasa tidak aman memiliki ketakutan terhadap sesuatu hal.
Anak bisa merasa tak aman ketika ibu tidak berada di dekatnya, hal ini dikarenakan misalkan banyak orang di sekelilingnya yang tidak dikenal baik olehnya. Selain merasa takut dipermalukan, takut ditertawakan.
Misal jika jatuh dan banyak mata memandangnya dengan terkejut plus kasihan, biasanya kontan anak menangis bukan karena sakit tapi karena malu menjadi pusat perhatian.
2. Ibu Terlalu Melindungi
Ibu seperti ini terlalu cepat bereaksi menolong anaknya jika anaknya mengalami celaka sedikit saja. Anak menjadi terbiasa ditolong, tak pernah mengalami hal-hal berat dan sulit, dan tak memiliki kekuatan mental menghadapi saat-saat menegangkan. Karena mereka hanya mampu menangis ketika menghadapi suasana tegang.
Kalau saat anak jatuh, ibu tetap tenang, tidak menampakkan perasaan khawatir, anak akan menganggap bahwa peristiwa ’jatuh’ adalah hal yang biasa. Tetapi melihat kekhawatiran ibu yang berlebihan, tentu saja mereka akan belajar pula untuk khawatir dan selanjutnya menjadi takut untuk jatuh.
3. Mendapat Keuntungan dari Cengengnya
Ketika anak menemukan kenyataan bahwa ia memperoleh apa yang ia ingini dengan cara menangis, segera ia akan menggunakan senjata tangis itu untuk memperoleh apa saja yang ingin mereka dapatkan. Dan anak-anak pandai belajar dari pengalaman, sehingga kerap memilih untuk menangis agar ibu memenuhi permintaan mereka dengan cepat. Ada yang namanya hukum perilaku, kita akan mengulang perilaku yang memberikan keuntungan. Sepertinya si kecil melihat bahwa tiap kali dia menangis, maka dia mendapatkan permintaannya. Secara dia cerdas, tentunya dia bisa mengambil kesimpulan bahwa menangis adalah cara yang paling efektif untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan!
Karena sakit, anak merasakan kondisi tubuhnya tidak nyaman. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Kondisi tubuhnya juga lemas dan lemah. Semua itu tak jarang membuat anak jadi cengeng, termasuk anak yang tadinya tidak cengeng. Belum lagi, sikap orang tua yang lebih protektif kepada anak sakit ternyata bisa menambah sikap cengeng itu.
Tak ada jalan selain menganggapnya wajar. Lakukan sesuatu yang bisa membuatnya merasa lebih enak. Misal, memutarkan film atau lagu kesukaannya, atau mendongeng kan cerita yang menarik.
5. Kelelahan
Sama halnya dengan sakit, kelelahan juga bisa membuat anak cengeng. Misalnya, sehabis bermain seharian. Jika orang dewasa bisa langsung mengungkapkan kondisi tubuhnya yang lelah, maka tidak demikian dengan anak. Apalagi orang tua belum tentu langsung tanggap. Akhirnya, anak mengungkapkan kondisinya dengan sikap rewel dan cengeng.
Kerewelan anak sebetulnya merupakan ungkapan bahwa ia menginginkan istirahat. Ajak anak ke tempat tidur lalu bacakan dongeng untuknya.
6. Butuh perhatian
Pada saat perhatian orang tua untuknya terpecah, anak akan merasa terbuang. Kondisi ini umumnya muncul saat ia baru saja memiliki adik yang menyita perhatian orang tua. Perasaan terbuang membuat anak rewel yang tak jarang disertai tindakan untuk memancing perhatian orang tua. Salah satunya mengganggu si adik.
Untuk mengatasinya, bersikaplah adil. Curahkan perhatian kita kepada si kakak, sama besarnya dengan kepada si adik. Tumbuhkan rasa sayang dan memiliki, misalnya dengan menyuruh kakak menjaga adiknya.
7. Kehilangan figur tersayang
Hal ini akan dialami jika orang tua meninggalkan anak dalam jangka waktu lama. Bagaimanapun, di usia ini anak sangat tergantung pada kehadiran figur yang dekat dengannya. Ketika figur itu pergi, ia merasa sangat kehilangan yang diungkapkannya dalam bentuk kecengengan.
Untuk mengatasinya, orang yang kebetulan dipercaya sebagai pengasuh harus menunjukkan sikap yang dapat membuatnya nyaman. Alihkan perhatiannya dari ingatan terhadap orang tua dengan aktivitas-aktivitas yang sangat menyenangkan. Umpamanya, mengajak ia bermain bersama teman-teman sebaya.
8. Terlalu banyak larangan
Terlalu banyak melarang akan membuat anak berang. Di usia ini perkembangan motoriknya sedang pesat. Setiap saat dia akan berlari-lari, menaiki kursi, maupun melompat-lompat. Nah, sikap orang tua yang selalu melarang, seperti "Awas, nanti jatuh," atau, "Jangan dipegang-pegang, nanti pecah", tidak akan membuatnya jadi penurut, justru sebaliknya, anak ingin berontak. "Asal tahu saja, saat itu anak ingin menunjukkan kemampuan yang dimilikinya," ungkap Nina. Jadi, orang tua justru harus memberikan dukungan atas perkembangan anaknya. Misal, saat ia berusaha memanjat kursi, dukunglah dengan cara tidak melarangnya, tapi menjaganya kalau-kalau ia terjatuh.
Kerancuan Pedagogik
- Total Action.
pendidikan lingkungan budaya jakarta
Hal-hal yang dipelajari dalam PLBJ antara lain seperti permainan tradisional, cerita rakyat, kesenian Jakarta dan masalah lingkungan seperti tata kota, air, polusi, sampah, dan sebagainya yang terjadi di Jakarta.
Tujuannya agar para siswa-siswi mengenal lebih dalam budaya Jakarta.
Jika sudah mengenal, maka tidak tertutup kemungkinan akan mencintai juga, sehingga budaya Jakarta dapat terus dilestarikan. Selain itu juga agar para siswa-siswi dapat menjaga lingkungan Jakarta ini.
Wah menyenangkan sekali ya bisa mengenal lebih dalam kota tempat kita tinggal dan dibesarkan. (Kidnesia/Berbagaisumber)