Tuesday, November 22, 2011

Bukan Sekedar Sepakbola

Sepakbola menyimpan misteri tersendiri. Tidak ada yang menyamai rekor penonton bareng sebanyak nonton sepakbola. Sepakbola dapat diibaratkan magnet yang mampu menarik rakyat Indonesia dalam satu pusaran ketegangan sekaligus rekreasi. Setidaknya untuk beberapa waktu rakyat Indonesia dilupakan bahwa masih banyak permasalahan bangsa yang mendera. Gurita korupsi dan kritik tajam atas hedonisme para anggota DPR seolah tenggelam oleh hiruk pikuk kehebohan pertandingan di GBK.
Di sisi lain, dalam sepakbola sebenarnya mengandung unsur nilai-nilai pendidikan karakter yang  seharusnya mampu diambil pelajaran oleh para penontonnya. Tidak sekedar euforia selebrasi ditambah meriahnya aksesoris, walaupun hal tersebut sah-sah saja.
Mencermati pertandingan sepakbola, termasuk pertandingan ‘hidup-mati’ senin malam antara Indonesia dengan rivalnya, yang saya nilai cukup bagus pertahanannya, Malaysia, turut menggerakkan tangan saya di atas keyboard. Sekedar untuk berbagi pendapat pribadi terutama mengenai apa yang telah disinggung di atas bahwa ada nilai-nilai yang tersimpan.
Adapun nilai-nilai yang saya maksudkan tersebut adalah :
Relijius
Dalam hidup ini kita pastinya kita juga yakin atas dimensi transendental. Tuhan tetap diatas segalanya. Kita mengkomunikasikan kebutuhan kita lewat do’a kepadaNya. Setiap pemain, sebatas penglihatan saya, selalu memulai pertandingan mereka  dengan permohonan suci ini. Menandakan Tiada Kekuatan Lain selain Kekuatan atas IzinNya.
Jujur
Sepakbola punya rule of game, aturan mainnya sendiri. Para pemain yang terlibat tidak boleh menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan ataupun untuk menaikkan popularitasnya sendiri.  Jika itu terjadi, maka dua kartu berbeda warna siap mengeksekusi.
Disiplin
Sebuah keberhasilan dimulai dari disiplin yang ketat dan terus menerus. Terdapatnya kedisiplinan tim dalam menaati aturan main juga disiplin dalam berlatih, disiplin dalam perilaku akan membentuk karekter jiwa yang kuat dan mental juara.
Kerja Keras
Tiada keberhasilan tanpa kerja keras dan cucuran keringat. Dalam sepakbola, terlihat setiap pemain begitu bersemangat menggiring, berusaha merebut, melakukan aksi-aksi yang bisa saja membahayakan diri dan orang lain (walaupun mungkin tidak bermaksud demikian-pen) demi melesakkan gol di gawang lawan, demi poin nilai agar selalu bertambah.
Semangat Kebangsaan
Ada semacam kebanggan saat bisa terpilih mewakili daerah sendiri untuk berlaga di Kejuaraan Nasional apalagi Lintas Negara. Seperti kebanggaan warga Papua, dan tentu kita juga, atas mutiara-mutiara mereka yang menjadi andalan  TIMNAS U-23.
Cinta Tanah Air
Dari rasa semangat kebangsaan kemudian bermuara pada satu cinta yang sama. Dilandasi semangat Bhineka Tunggal Ika, para pemain melupakan asal-usul, baik daerah maupun tim asal, untuk membela negara tercinta Indonesia. Naisonalisme yang mewujud nyata.
Menghargai Prestasi
Sekecil apapun prestasi itu layak dihargai, asal didapat dengan kejujuran. Perjuangan Timnas dalam final , meski tidak berbuah medali emas, layak diacungi jempol. Mereka telah berusaha keras  semampu mereka merebut kemenangan dari tim lawan.
Ada yang menang dan ada yang kelah. That is the fair play. Jika dilakukan dengan semangat berprestasi dilandasi fair play, kekalahan akan membuat kepala kita tetap tegak...Won’t it?
Tanggung Jawab
Setiap pemain dituntut tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Perlu didukung disiplin yang tinggi untuk memaksimalkan peran. Bagaimana jadinya jika penyerang, gelandang, bek juga GK tidak amanah?
Cinta Damai 
Harus disadari bahwa ini adalah sebuah permainan. Sangat diharamkan melampiaskan kemarahan apalagi menyulut kerusuhan jika tim kebanggan kalah. Silahkan jika ingin menangis, bersedih, sakit hati, tapi sewajarnya saja.
Kita bisa melihat usai bertanding, para pemain dua kubu saling bersalaman bahkan di luar negeri ada yang tukar kaos tim. Sebuah contoh yang menggambarkan bahwa setelah berakhirnya permainan,  tak ada lagi sebutan ‘lawan’.
Gotong Royong
Meminjam istilah gudang garam, That is not my glory but my team glory. Jika ada yang berhasil mencetak gol, itu berkat kerjasama dengan pemain yang mengumpankan bola dengan presisi tepat ke arah gawang. Sangat jarang ditemukan, kalau tidak dapat menyebut tidak ada,  pemain yang ‘bermain sendiri’ untuk membuahkan gol. Disini berlaku ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, sedih sama dirasa, senang sama dibawa, cita sama dikejar. Beginilah seharusnya membangun cita-cita bersama.
Sekarang semakin banyak anak-anak Indonesia yang berkeinginan menjadi pesepakbola. Terbukti dengan menjamurnya Sekolah Sepak Bola, dan banyaknya anak-anak yang menjadi peserta didiknya. Alangkah baiknya jika dalam penyampaian materi ditanamkan pula nilai-nilai pembangun karakter. Selain itu, institusi formal seperti lembaga pendidikan juga perlu mengejawantahkannya dalam setiap aspek materi pelajaran. Seperti yang sekarang tengah dikembangkan. Sehingga diharapkan nilai-nilai itu mengakar sempurna ke dalam tunas-tunas yang sedang  tumbuh berkembang.
Demikian pula bagi setiap penonton, ada pelajaran dan hikmah yang dapat ditimba dari pertandingan yang mengocok emosi ini. Kedepannya, mudah-mudahan Negara ini nihil dari tawuran pelajar, tawuran mahasiswa, tawuran suporter, dan tawuran antar anggota dewan. Para penerus nakoda negara ini mampu tampil menjadi rahmatan lil ‘alamiin bagi segenap rakyat.
 Wallahu A’lam bisshowab.
Written by Ave’s Mamma

No comments:

Post a Comment