Sunday, November 20, 2011

Resensi Buku Negeri 5 Menara



Mengambil setting pesantren dan cerita awal keterpaksaan sang tokoh utama (Alif) membuat pembaca serasa masuk sekali di dalamnya. Karena disajikan dengan begitu hidup.

Cerita selanjutnya pun semakin menarik.. banyak sekali tausyiah2 keren yang tersebar di sepanjang cerita.. tapi tak lantas membuat pembaca merasa digurui.. semua mengalir dengan nyaman dan seperti masuk dalam kehidupan pesantren dengan segala suka dan dukanya, dengan semua kedisiplinan dan kesederhanaan.. dan yang paling mendasar dari semuanya adalah Man Jadda wajada.. siapa yang bersungguh2 dia akan berhasil. Tidak hanya dalam hal yang jangka panjang.. tapi juga dalam jangka pendek. Seperti  ketika mereka (beberapa tokoh dalam cerita) harus menjadi jasus atau mata-mata pesantren.  Intinya dalam setiap apapun yang qta lakukan, sekecil apapun itu.. bersungguh2lah.. maka akan sukses.. insyaAllah.. :)

Dan bagian-bagian yang membuat pembaca tersentuh sampai airmata meluruh
 ada di halaman 148.. saat kerinduan Alif menyeruak pada sosok amaknya. Deskripsi Alif tentang ibunya pun pas sekali.. “Di saat hatiku rusuh dan nyeri, dia selalu datang dengan sepotong senyum yang sanggup merawat hatiku yang buncah’.. seperti itulah mama buat sy..

Juga pada sebuah nasehat singkat “surga itu dekat.. sangat dekat.. dia di bawah telapak kaki ibu”. Dan masih dalam konteks
birrul walidain.. yang ada di bagian tersingkapnya rahasia Baso. Baso yang begitu gigih ingin menghafal Al-Qur’an ternyata punya sebuah rahasia dan tujuan mulia. Demi kemulian kedua orangtuanya yang belum sempat ia lihat di dunia.

Seperti halnya Laskar Pelangi yang memunculkan sosok Aling yang membuat bagian sumringah.. di sini ditampilkan  dengan judul yang sangat menawan “nama yang bersenandung”. Sebuah  pilihan kata yang tidak biasa. Apalagi dengan mengaplikasikan prinsip Man Jadda wajada sehingga pungguk pun tak lagi merindukan bulan.. karena si pungguk telah berubah menjadi garuda yang terbang tinggi dan mendarat di bulan.

Jika dalam 5 cm terkenal dengan quote kerennya “lebih dari biasanya”.. maka yang  didapat di novel ini selain Man Jadda wajada tadi adalah Ajtahidu fauqa mustawal akhar. Berjuang di atas usaha orang lain. Dan juga semangat Alif waktu memaksa diri untuk belajar. Setiap ingin menyerah dan tidur, Alif melecut dirinya dengan kata2 “ayo satu halaman lagi.. satu kalimat lagi.. satu kata lagi..”..  ini bagian yang patut dipegangi para penuntut ilmu.
Setidaknya novel ini turut memberikan warna baru bagi bacaan berkualitas bergenre pendidikan yang lama dirindukan.  Lebih penting lagi, bahwa dalam menuntut ilmu, ada adab-adab yang harus diperhatikan. Ikhlas mendidik dan Ikhlas dididik. Keridhaan seorang guru akan mengiringi kesuksesan para muridnya.

1 comment: