Wednesday, November 30, 2011

Home Sweet Home


Home Sweet Home begitu pepatah bertutur. Rumah adalah segalanya bagi sebuah keluarga. Seindah-indah hotel, mes atau rumah orangtua tetap lebih menyamankan tinggal di rumah sendiri. Dimana berkumpul satu keluarga yang penuh dengan kehangatan. Persaingan bisnis dan tuntutan pekerjaan juga keinginan hidup mapan membuat sebagian orang memiliki waktu yang sangat sempit untuk di rumah dan berkumpul dengan keluarga.
Bahkan, tidak jarang banyak para praktisi bisnis yang sudah diperbudak oleh pekerjaan sehingga melupakan rumah yang menjadi tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Bagi seorang anak, rumah merupakan jenjang pendidikan pertama sebelum menapaki pendidikan formal dan masyarakat, di mana kedua orangtua menjadi guru terbaiknya. Bagi orangtua, rumah menjadi semacam laboratorium untuk membangun sikap mental yang benar dalam memahami hubungan antar manusia.
Rumah merupakan leadership training center bagi seorang pemimpin. John C Maxwell mengatakan ada korelasi antara sukses keluarga dan sukses pribadi. Kehangatan rumah, yang di dalamnya terbentuk jalinan komunikasi yang harmonis dan saling memperhatikan, akan memperkuat setiap individu yang ada di dalamnya menghadapi setiap tantangan dari luar. Pondasi keagamaan yang kuat merupakan fokus utama pembentukan mental yang kuat. Kepala rumah tangga, dalam hal ini seorang ayah, bertanggung jawab sebagai arsitek sekaligus pekerja dalam membangun pondasi. Bersama sang istri, sang suami bahu membahu membangun tiang pancang moral dan dinding kompetensi bagi anak-anaknya yang pada akhirnya akan melahirkan pribadi-pribadi yang kuat di tengah masyarakat.
Berada di rumah memang bukan segalanya, namun penting. Berkarier dan berada di luar rumah mungkin terbatas hingga usia pensiun, namun berada dan membina hubungan yang baik di rumah tidak ada batas waktu. Instansi yang menggunakan tenaga kita , suatu ketika akan berhenti begitu memasuki usia pensiun, tetapi keluarga memerlukan keberadaan kita seumur hidup.
Dalam sebuah seminar rumah tangga sering terjadi anekdot, pada waktu anak masih kecil, selalu minta diperhatikan kedua orangtuanya dan diajak bermain. Namun sang ayah selalu punya alasan sibuk. Begitu sang ayah pensiun, tinggal sendirian di rumah minta ditemani, ganti sang anak yang sibuk dengan kuliah, kerjaan dan kegiatan lainnya. 
Memang diperlukan kebijaksanaan yang sungguh-sungguh dalam mengatur waktu untuk keluarga dan karier, mengingat memberikan perhatian yang optimal kepada keluarga merupakan investasi seumut hidup yang tidak akan dilupakan oleh anak-anak kita. 

1/2 Isi 1/2 Kosong. Redaksi dengan pengubahan.




No comments:

Post a Comment