Sunday, December 4, 2011

Lelaki Tua Yang Tak Berhenti Berharap


Lelaki tua itu masih terdiam di sudut penjara. Mencoba mengingat kembali pasal apa dia berada di tempat ini. Sebelumnya ia adalah seorang pedagang sukses. Hidupnya lapang. Sampai pada suatu malam yang belum larut, ia pergi memenuhi undangan sesama pedagang. Di tengah perjalanan, ia melihat banyak lilin menyala di dekat sebuah toko. Di dekat lilin itu berserakan kayu. Pintu toko terlihat sedikit terbuka.
Seketika ia berusaha menjauhkan api-api lilin itu. Jika tidak, api akan membakar kayu kemudian toko itu. Ia bergegas melihat apa yang terjadi. Betapa terkejutnya ia ketika sampai di dalam toko, ada seoonggok mayat lelaki yang baru saja terbunuh dengan pisau yang masih menancap di dada..
Rupanya, pelaku pembunuhan hendak menghilangkan jejak dengan cara membakar toko. Pada saat bersamaan lewatlah petugas ronda. Salah seorang dari petugas diperintahkan masuk ke toko memastikan keadaan. Begitu masuk, didapatinya lelaki tua itu bersama seonggok mayat di dekatnya. Ia pun ditiduh sebagai pembunuhnya.
Lelaki itu diseret ke tempat interogasi. Ia dipukul, disiksa, tapi tetap tidak mau mengakui karena memang bukan dia pelakunya. Keluarganya berkumpul membawa bukti-bukti dan saksi. Akhirnya ia pun tak jadi dihukum mati sebagai gantinya ia dimasukkan ke penjara bawah tanah. Dengan siksaan yang tak pernah berhenti.
Tahun-demi tahun berlalu dengan penuh kepedihan. Ini benar-benar kesulitan di atas kesulitan. Lelaki itu tak pernah berhenti berharap. Kesulitan harus punya takdir selesainya.
Tibalah pada suatu masa, terdengar suara yang sangat gaduh. Penjara dijebol dan banyak orang bisa menerobos ke penjara bawah tanah. Mereka mengeluarkan semua orang termasuk lelaki tua itu. Hari itu ternyata telah terjadi kekacauan besar melawan kekuasaan pemerintah. Huruhara meluas, lelaki itu berjalan tertatih, lalu lenyap.
Enambelas tahun yang dilalui lelaki itu bukanlah waktu yang singkat. Sepanjang itu, ia harus meyakini dua hal sekaligus. Yakin dirinya tidak bersalah. Serta yakin bahwa pertolongan Allah akan datang. Keyakinan kedua ini yang lebih sulit karena yang dirasakan secara fisik benar-benar mengguncang.
Itulah rahasia iman. Orang-orang beriman selalu punya caranya sendiri untuk bisa menata hatinya. Meski berlawanan dengan apa yang dilihat oleh matanya, atau apa yang dirasakan oleh fisiknya, atau apa yang ia terima dalam kehidupannya. Saat ia mendapat musibah, airmatanya menangis, tapi hatinya terilhami untuk meyakini, bahwa apa yang diberikan Allah pada dirinya pasti terbaik untuknya.
Selama kamu bukan pendosa atau penikmat kesalahan, kesulitan akan selalu melahirkan ilham dan mengiringi datangnya pertolongan atau anugerah baru yang kadang tak terbayangkan.
Dikutip dan diedit seperlunya dari Majalah Tarbawi Edisi 117 Sya’ban 1426H

1 comment: