Saturday, December 10, 2011

Menjadi Guru Inspiratif

Guru mengemban amanah menyampaikan ilmu, membangun karakter, dan menanamkan cita-cita. Menurut Renald Khasali guru ada dua type. Guru kurikulum dan guru inspiratif.
Yang pertama sangat patuh pada kurikulum dan merasa berdosa bila tidak bisa mentransfer seluruh isi buku yang ditugaskan. Ia mengajarkan sesuatu yang standard (habitual thinking). Guru kurikulum mewakili 99 persen populasi guru di seluruh Indonesia.
Guru inspiratif jumlahnya sangat terbatas, populasinya kurang dari 1 persen. Ia bukan guru yang mengejar kurikulum, melainkan yang mengajak murid-muridnya berpikir kreatif (maximum thinking). Ia mengajak murid-muridnya melihat sesuatu dari luar (thinking out of box), mengubahnya di dalam, lalu membawa kembali keluar, ke masyarakat luas. Kalau guru kurikulum melahirkan manajer-manajer andal, guru inspiratif melahirkan pemimpin pembaru yang berani mengadakan perubahan.
Charlie Ward mengatakan bahwa Guru yang biasa-biasa saja memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang bagus menunjukkan bagaimana caranya. Tetapi guru yang luar biasa menginspirasi murid-muridnya
Membentuk guru inspiratif, salah satu faktor pemantiknya adalah menjaga komitmen untuk terus memberi spirit kreatif-inspiratif kepada para siswa. Dengan spirit ini, guru dapat menciptakan manusia unggul yang penuh dengan kreativitas dan kemampuan kompetitif. Disisi lain guru juga harus menyukai tantangan dengan terus belajar. Perubahan zaman yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi begitu cepat semestinya segera direspons guru. Hasrat terus belajar, kapabilitas, dan kompetensi personal-sosial masih perlu didukung dengan kreativitas guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang inspiratif.
Guru inspiratif mampu membangkitkan minat siswa dalam belajar juga menumbuhkan keinginan berkembang lebih baik untuk masa depan. Terkait dengan guru inpiratif ini, saya teringat nasehat seorang ustadz untuk para muridnya. Yang karena kata-katanya yang membakar membangkitkan semangat, ia senantiasa dirindukan. Kurang lebih seperti ini nasehatnya pada anak didiknya yang mulai kehilangan antusias belajar, dengan kata-kata yang bertenaga :
"Man Shabara Zhafira. Siapa yang bersabar pasti beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang tapi nanti, yang lebih besar dan prinsipil. Menjadi manusia yang menemukan misinya dalam hidup. 
Misi yang dimaksud adalah ketika kita melakukan sesuatu hal yang positif dengan kualitas sangat tinggi dan di saat yang sama menikmati prosesnya. Carilah misi kalian masing-masing, mungkin belajar Al-Qur'an, menjadi orator, mungkin menulis, mungkin apa saja.
Tahukah kalian apa yang membuat orang sukses berbeda dengan orang yang biasa. Ada dua hal penting  dalam mempersiapkan diri  untuk sukses. Going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Jika orang lain belajar 1 jam, maka orang sukses akan belajar 5 jam. Lebihkan waktu, usaha dan tekad.
Kemudian, tidak pernah mengizinkan diri dipengaruhi unsur dari luar. Oleh siapapun, oleh apapun, dan suasana bagaimanapun. Berkuasalah terhadap diri kalian sendiri. Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan untuk takut atau tetap tegar. . Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun. Dan hati yang dikuasai pemiliknya adalah hati orang sukses".
Contoh guru inspiratif lainnya, seperti dikisahkan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, Julian Balia.  Guru yang akhirnya bisa menyalakan semangat serta kegigihan sang murid untuk menimba ilmu di negeri Napoleon Bonaparte.
Semoga semakin bertabur guru-guru yang mampu memberikan inspirasi bagi murid-muridnya. Sehingga diharapkan tumbuhnya tunas-tunas masa depan dengan mental cemerlang.

No comments:

Post a Comment