Monday, December 12, 2011

Meningkatkan Minat Belajar Anak

Minat atau motivasi belajar anak bisa berbeda-beda. Ada yang termotivasi karena ingin dibelikan mobil-mobilan baru, sepeda baru dan lain sebagainya. Meningkatkan minat belajar anak harus memakai tehnik agar anak tidak merasa dieksplorasi. 
Cara sederhana dalam meningkatkan minat belajar anak adalah kenali hal-hal apa yg disukai oleh anak dan ajak dia melakukan hal tersebut. Padukan hal-hal yang disukai dengan menambahkan pendidikan di dalam nya. Niscaya minat belajarpun meningkat. Kuncinya adalah mengetahui apa yg dapat membuat anak tertarik dan ingin belajar. Bagi anak usia delapan tahun kebawah, belajar harus berangkat dari minat si anak itu sendiri.
Sebenarnya sifat dasar anak adalah memiliki rasa ingin tahu. Selalu belajar. Hal tersebut dapat kita lihat saat bayi belajar berdiri. Seringnya terjatuh tidak membuatnya lantas berhenti belajar. Sayangnya, lanjut dia, ketika anak menginjak usia empat tahunan, banyak terjadi intervensi orang dewasa, dalam hal ini orang tua. Dengan begitu minat belajar anak sesungguhnya itu menjadi terintervensi. Anak belajar karena kewajiban dan dorongan dari orang tua. Sehingga mengakibatkan anak jadi tertekan.
Prinsip dasar belajar anak-anak haruslah menyenangkan . Karena dengan belajar menyenangkan akan menumbuhkan emosional yg positif. Dalam proses belajar, anak harus diposisikan sebagai subjek dan bukan objek. Sebaiknya anak belajar atas inisiatif diri sendiri.
Bila dalam proses belajar, si anak menjadi objek, maka yang banyak melakukan intervensi adalah pendidik. Si anak dijadikan robot dan terlalu banyak diarahkan oleh pendidik. Hasilnya akan membuat anak menjadi malas belajar, belajar tidak efektif.
Dalam sistem belajar, anak harus ikut terlibat dlm proses pembelajaran. Salah satu caranya mungkin sebaiknya dlm satu kelas jangan sampai terlalu banyak siswa. Problem yang akan terjadi akan ada anak-anak yg merasa tidak diperhatikan. Dengan begitu minat belajarnya karena keterpaksaan.
Solusinya, guru dituntut punya kompetensi dengan kondisi-kondisi yg terjadi sekarang ini. Guru perlu memahami bahwa anak didiknya adalah subjek.
Disarankan dalam proses belajar perlu dikembangkan metode pelajaran tematik yg aplikatif. Ada pembahasan-pembahasan atas sebuah masalah. Misalkan soal banjir, mungkin saja dari pembahasan itu mundul ide-ide yg luar biasa dan cemerlang dari anak. 
Belajar tidak hanya berbasis teori. Teori dibutuhkan dalam rangka mengejar standardisasi kurikulum. Tapi untuk mencapai tujuan-tujuan itu, perlu ada media belajarnya yg menyenangkan bagi anak,
 Sebisa mungkin orang tua memberikan reward atau penghargaan kepada anak atas berbagai prestasi yg dilakukan. Sebaliknya sedapat  mungkin menghindari bentuk punishment atau hukuman. Sebab, hukuman yg kelewat batas akan membuat harga diri anak down atau turun.
Jenjang pendidikan anak masih jauh dan panjang, hasil sebuah proses belajar tidak bisa diukur oleh satu hari, satu minggu atau satu bulan. Tapi merupakan proses berkelanjutan. Untuk itu orang tua perlu memberikan reward dan dorongan.
 Untuk mendorong minat belajar anak, kita perlu meningkatkan rasa percaya diri anak. Sebagai contoh : bila anak mendapat nilai matematika jelek, orang tua dapat mendorongnya dengan mengatakan: “Oh iya anak bunda dapat nilai kurang bagus ya? Tidak apa-apa kok, asal kita mau berusaha memperbaikinya, nilai bagus akan kita peroleh".
Seorang anak tidak mungkin dapat menguasai semua mata pelajaran. Mungkin ada anak yg unggul disatu pelajaran namun lemah di pelajaran lain. Kemudian orang tua justru memberikan anak les dipelajaran yg lemah tadi. Sedangkan pelajaran yg unggul justru dilupakan. Sebagai contoh anak unggul dalam kinestetiknya, seperti dia unggul dalam sepakbola, namun lemah di matematika. Ditinjau dari sudut perkembangan anak , apa yg dilakukan orang tua tadi bisa dikatakan keliru . Kenapa bukan keunggulan si anak tadi yg diasah dan dikembangkan terus. Nah, yang kurang itu hanya sebagai pelengkap.
Jika malah yg kurang nilainya didorong terus dan dipaksakan menyebabkan anak menjadi tertekan. Akhirnya, anak menjadi stress dan keunggulannya pun akhirnya hilang. 
Hal terpenting adalah memberikan kasih sayang kepada anak. Terkadang anak berbuat baik, orangtua tidak memberikan reward karena hal itu dianggap biasa saja, tapi manakala si anak berbuat tidak baik, maka orang tua memberikan reaksi luar biasa dengan memberikan punishment.orang tua harus mengubah paradigma terhadap anaknya. Bahwa anak berbuat baik itu bukanlah hal yg biasa, tapi merupakan suatu hal yg luar biasa.
referensi data : http://fandi4tarakan.wordpress.com/2009/12/29/ 
interview : Danang Sasongko

No comments:

Post a Comment